Breaking News

Rabu, 04 Maret 2015

Mengenal Morfologi dan Klasifikasi Cacing Lumbricus Secara Lengkap



Cacing tanah merupakan salah satu makhluk hidup penghuni tanah yang memberikan banyak manfaat bagi tatanan kehidupan manusia. Multimanfaat yang dimiliki cacing tanah antara lain adalah dapat menyuburkan tanah pertanian, meningkatkan daya serap air permukaan, memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah, menguraikan limbah organik, dan bahan makanan bagi ikan hias maupun unggas.

Dengan banyaknya manfaat yang diberikan oleh cacing tanah maka pada saat ini cacing tanah telah di komersialkan dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Cacing tanah yang banyak manfaatnya ini bahkan tidak memerlukan perlakuan ekstra dalam kehidupannya sehingga dapat sangat mudah untuk dibudidayakan baik di lahan yang sempit sekalipun.
Cacing tanah di Indonesia dikenal  dengan  sebutan  cacing  merah  atau  cacing lumbricus (Palungkun, 2008).Sebelum membahas lebih dalam sejarah tentang cacing tanah berikut merupakan klasifikasi dari cacing tanah :
Kingdom         : Animalia
Sub Kingdom  : Metazoa
Filum               : Annelida
Kelas               : Oligochaeta
Ordo                : Haplotaxida
Sub Ordo        : Lumbricina
Famili              : Lumbricidae
Genus              : Lumbricus
Spesies            : Lumbricus sp(: Lumbricus sp. (L. terretris dan  L. Rubellus)
(Palungkum, 2008)
Secara alamiah, morfologi dan anatomi cacing tanah berevolusi menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Arlen (1994) menjelaskan bahwa cacing tanah yang ditemukan hidup di tumpukan sampah dan tanah sekitarnya mempunyai ukuran panjang sangat bervariasi, yaitu berkisar antara beberapa milimeter sampai 15 cm atau lebih
Gambar morfologi cacing tanah dapat dilihat di bawah ini :
Gambar 1. Morfologi cacing tanah
Tubuh cacing tanah dapat dideskripsikan menjadi lima bagian yang terdiri atas bagian depan (anterior), bagian tengah, bagian belakang (posterior), bagian punggung (dorsal), dan bagian bawah atau perut (ventral). Bentuk tubuh cacing tanah umumnya silindris memanjang, mulut terdapat pada segmen yang pertama, sedangkan anus pada segmen yang terakhir. Mulut dan anus cacing tanah tidak merupakan segmen tubuh, melainkan bagian dari tubuh tersendiri. Pada cacing tanah dewasa terdapat alat untuk menyiapkan proses perkembangbiakan yang disebut “klitelum“. Klitelum merupakan bagaian tubuh cacing tanah yang menebal yang terletak di antara anterior dan posterio. Cacing tanah telah mempunyai saluran pencernaan makanan yang lengkap dan sistem peredaran darah yang sudah menggunakan pembuluh-pembuluh darah. Saluran pencernaan makanan terdiri atas : mulut pada segmen pertama, pharynx, kerongkongan, crop yang merupakan pelebaran dari kerongkongan, perut otot, usus, dan anus pada segmen yang terakhir.
Secara sistematik, cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang tersusun oleh segmen-segmen fraksi luar dan fraksi dalam yang saling berhubungan secara integral, diselaputi oleh epidermis berupa kutikula (kulit kaku) berpigmen tipis dan seta, kecuali pada dua segmen pertama (bagian mulut), bersifat hemaphrodit(berkelamin ganda) dengan peranti kelamin seadanya pada segmen-segmen tertentu. Apabila dewasa, bagian epidermis pada posisi tertentu akan membengkak membentuk klitelium (tabung peranakan atau rahim), tempat mengeluarkan kokon (selubung bulat) berisi telur dan ova (bakal telur). Setelah kawin (kopulasi), telur akan berkembang di dalamnya dan apabila menetas langsung serupa cacing
dewasa. Tubuh dibedakan atas bagian anterior  dan posterior. Pada bagian anteriornya terdapat mulut, prostomium dan beberapa segmen yang agak menebal membentuk klitelium (Edwards dan Lofty, 1977).
Tubuh cacing tanah bersegmen-segmen dimana pada setiap segmen (sumite) terdapat rambut pendek dan keras yang disebut “seta“ (setae). Seta berfungsi sebagai pencengkeram atau pelekat yang kuat pada tempat cacing tanah itu berada. Pada bagian bawah (ventral) terdapat pori-pori yang letaknya tersusun atas setiap segmen dan berhubungan dengan alat ekskresi (nephredia) yang ada dalam tubuh. Nephredia ini mengeluarkan zat-zat sisa yang telah berkumpul di dalam rongga tubuh (rongga selomik) berupa cairan. Fungsi pori-pori adalah untuk menjaga kelembapan kulit cacing tanah agar selalu basah karena cacing bernapas melalui kulit yang basah tersebut.                                                                                                                                                                                              
Semua gerakan atau aktivitas cacing tanah diatur oleh susunan saraf yang terdiri atas : simpul saraf bagian depan dan bagian perut serta serabut-serabutnya. Cacing tanah bereaksi negatif terhadap sinar atau menghindari sinar. Cacing tanah tidak tahan terhadap sinar ultraviolet dan bila terkena sinar ultraviolet selama satu menit saja dapat langsung mematikan cacing tersebut. Cacing tanah bersifat ”hermaphrodite“, artinya pada setiap ekor cacing tanah terdapat alat kelamin jantan dan alat kelamin berina. Meski bersifat hermaphrodite, untuk menghasilkan kokon yang berisi telur-telur atau anak-anak, cacing harus hidup berpasangan. Cacing tanah tidak dapat melakukan perkawinan sendiri. Alat kelamin jantan dan betina biasanya terletak pada bagian tubuh antara segmen ke-9 smapai segmen ke-15. Ciri cacing tanah dewasa atau yang siap melakukan perkawinan adalah terbentuknya klitelum. Klitelum ini biasanya muncul pada cacing tanah yang telah berumur lebih dari 2,5 bulan.
Di habitat alami, cacing tanah hidup dan berkembang biak dalam tanah. Populasi cacing tanah sangat erat hubungannya dengan keadaan lingkungan dimana cacing tanah itu berada. Lingkungan yang dimaksud disini adalah kondisi-kondisifisik, kimia, biotik dan makanan yang secara bersamasama dapatmempengaruhi populasi cacing tanah. Faktor-faktor ekologis yang memengaruhi cacing tanah meliputi: (a) keasaman (pH), (b) kelengasan, (c) temperatur, (d) aerasi dan CO2, (e) bahan organik, (f) jenis, dan (g) suplai nutrisi
a.       Suhu (Temperatur)
Temperatur  merupakan  faktor  penting  terhadap  produktivitas  cacing  tanah;  kemudian  proses biologis  seperti  pernapasan,  perkembangbiakan  dan  metabolisme  sangat  dipengaruhi  oleh  suhu  media.Suhu terbaik untuk cacing tanah adalah pada kisaran 20°C-25°C, suhu yang terlalu tinggi cacing tanah akan
berhenti  makan  untuk  mengurangi  pengeluaran  air  tubuh  .
b.       Kelembapan (rH)
Kelembapan yang ideal untuk cacing tanah adalah antara 15%-50%, namun kelembapan optimumnya pada rH 42%-60%.
c.       Keasaman Tanah (pH)
Keasaman tanah (pH) yang ideal untuk cacing tanah adalah pH 6-7,2.PH adalah faktor pembatas bagi kehidupan dan jenis cacing untuk hidupnya.
d.      Ketersediaan Bahan Organik
Bahan organik tanah dapat berupa kotoran ternak, serasah atau daun-daun yang gugur dan melapuk, dan tanaman atau hewan yang mati.
e.       Kandungan O2
Oksigen merupakan hal yang sangat fital bagi mahluk hidup, cacing memerlukan oksigen yang cukup untuk hidup didalam tanah
f.       Suplay nutrisi
Ketersediaan bahan organik merupakan pakan utama bagi cacing yang berupa resah atau dedaunan ditanah juga bahan organik lain.  Kelimpahan cacing tanah dipengaruhi oleh bahan organik,dengan meningkatnya  bahan  organik  maka  meningkat  pula  populasi  cacing  tanah  (Minnich,  1977)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar